Sebagai umat Islam yang berpendidikan kita tentunya akan melakukan segala bentuk peribadahan dengan sebenar-benarnya. Begitu banyak macam peribadahan yang dilaksanakan umat Islam. Salah satunya adalah sholat yang merupakan salah satu dari rukun Islam dan menjadi kewajiban kita.
Jika kita menelisik mengenai sholat, maka banyak hal yang perlu dikaji. Mulai dari tata cara sholat, waktu untuk sholat, serta arah yang dituju dalam melakukan sholat. Tentunya menghadap arah kiblat merupakan salah satu syarat sahnya sholat.
Disini saya akan membahas lebih dalam mengenai arah kiblat yang ditinjau dari perspektif sains. Prinsip dasar pengukuran arah kiblat adalah begitu arah kiblat suatu tempat sebagai azimuth telah diketahui, tinggal diaplikasikan di lapangan dengan bantuan instrumen tertentu. Dan disini saya akan lebih mengerucutkannya lagi dalam penggunaan instrumen kompas. Dimana kompas merupakan salah satu alat bantu yang bisa digunakan dalam menentukan arah kiblat. Kompas merupakan alat bantu menggunakan jarum magnet untuk mempermudah dalam mendapatkan arah utara-selatan.
Apakah kompas ini bisa dipandang sebagai alat yang akurat dalam penentuan arah kiblat? Tentunya hal ini adalah salah satu hal yang melatarbelakangi mengapa saya mengangkat judul “keakuratan kompas dalam menentukan arah kiblat”.
A.1. Medan
magnetik bumi
Medan
magnetik matahari ribuan kali medan magnetik bumi. Ini juga berarti bumi sendiri adalah medan magnet. Medan magnet yang ada pada
bumi ini bisa diumpamakan seperti magnet batang yang ada di bumi. Magnet ini
mempunyai dua kutub yaitu kutub utara dan kutub selatan. Pasangan kutub-kutub
magnet ini disebut sebuah dwikutub (dipole) magnet. Kutub utara yang
terletak dekat dengan kutub utara magnet akan ditolak, sedangkan kutub selatan
yang dekat dengan kutub utara magnet akan ditarik ke arah kutub magnet. Jadi,
ujung jarum kompas yang menunjuk ke arah kutub utara magnet bumi adalah
“selatan”.
Sistem
kompas ini mengikuti dimana kutub geografis utaranya dekat ke kutub selatan
magnet, dan inilah yang menyebabkan mengapa kutub utara sebuah jarum kompas
menunjuk ke utara. Sumbu magnet bumi tidak persis paralel dengan sumbu
geografisnya (sumbu rotasi), sehingga sebuah pembacaan kompas agak menyimpang
dari arah utara geografis. Penyimpangan ini, yang berubah dengan tempat,
dinamakan deklinasi magnetic (magnetic declination) atau variasi
magnetic (magnetic variation).Sudut
antara arah vertikal jarum kompas dengan horisontal disebut inklinasi. Deklinasi
magnetik memiliki nilai positif jika berada di sebelah timur azimuth nol.
Sebaliknya, bernilai negatif jika di sebelah barat azimuth nol.
Deklinasi timur artinya bahwa jarum kompas menunjuk ke sebelah timur dari utara
geografis (utara yang benar), dan deklinasi barat artinya bahwa jarum kompas
menunjuk ke sebelah barat dari utara geografis.
Nilai
deklinasi sangat dipengaruhi lokasi dan waktu. Deklinasi magnetik tidaklah
selalu tepat tetapi berubah-ubah dari waktu ke waktu seiring pergeseran
kutub-kutub geomagnet secara kontinu. Secara umum, terdapat konsensus bahwa
nilai deklinasi suatu tempat hanya berlaku selama periode waktu tertentu. Di sekitar
kutub-kutub magnet, kompas magnetik hampir tidak pernah terpakai karena
tingginya variasi deklinasi di sekitar kutub magnet.
Nilai
deklinasi magnetik suatu negara biasanya diumumkan oleh lembaga yang membidangi
aspek-aspek geofisika di negara tersebut. Di Indonesia, nilai deklinasi
magnetiknya senantiasa diumumkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
(BMKG) secara periodik.
A.2. Sejarah
adanya kompas
Kapan
ditemukannnya sifat magnet memang tidak diketahui secara pastinya. Kabarnya di
negeri Cina, magnet telah dikenal pada 2600 SM dan bangsa Yunani pada 600 SM
telah mengetahui bahwa ada batu magnet yang menarik besi, namun tidak
mengetahui bahwa bumi sendiri berperan sebagai medan magnet.
Pemakaian
jarum kompas yang pertama kali dikenal oleh Islam adalah untuk navigasi
dilakukan oleh Arab dan Persi pada akhir abad ke 11. Sifat jarum kompas pertama
kali dijelaskan oleh fisikawan William Gilbert (1540-1603) kepada Ratu
Elizabeth dalam buku yang berjudul De Magnete yang dipublikasikan pada
tahun 1600. Gilbert mengatakan bahwa bumi adalah sebuah magnet raksasa dengan
sebuah kutub magnet utara dan sebuah kutub magnet selatan.
Penggunaan
kompas untuk keperluan astronomi tercatat telah dilakukan Sultan al-Ashraf dari
Yaman tahun 1282 TU. Penguasa sekaligus astronom ini juga melaporkan penggunaan
kompas untuk keperluan navigasi pelayaran sekitar tahun 1240 TU.
Penggunaan
kompas sebagai alat bantu pengukuran arah kiblat mulai berkembang pada tahun
1300 TU, yang dipelopori oleh ibnu Sim’un, seorang astronom dan muazin Mesir.
Selanjutnya, Ibnu Syatir sebagai alat bantu perhitungan waktu sholat, yang
dikombinasikannya dengan jam matahari (sundial). Di masa itu pula
navigator-navigator muslim mengembangkan sisitem angin sendiri yang terdiri dari
32 arah.
A.3. Pengertian
kompas
Kompas
magnetik adalah sebuah instrumen penera azimuth nol (titik utara) yang bekerja
dengan menggunakan sebatang magnet kecil berbentuk jarum yang bisa bergerak
bebas. Megnet kecil tersebut bisa ditempatkan dalam lingkungan yang kering dan
ditopang dengan sebuah penahan, yang membuatnya tetap bisa bergerak dalam dua
sumbu, yaitu sumbu horizontal dan sumbu vertikal, kompas ini disebut dengan
kompas kering. Namun, bisa juga jarum magnet tersebut dibenamkan ke dalam cairan
tertentu yang membuatnya tetap melayang bebas sebagai kompas basah.
Secara
umum, kompas ada dua macam, yakni kompas sederhana dan kompas giro. Kompas
sederhana ini hanya terdiri dari magnet jarum atau yang sejenisnya, termasuk
didalamnya baik kompas kering maupun kompas basah.
Semua
jenis kompas magnetik, dengan apapun tujuan penggunaannya, pada prinsipnya
adalah sebatang magnet. Seperti magnet pada umumnya. Magnet yang terdapat pada
kompas ini mempunyai dua kutub, yaitu kutub utara (+) dengan simbol huruf U
atau N dan kutub selatan (-) atau huruf S. Seperti halnya prinsip dasar magnet,
dimana dua magnet akan saling tarik menarik apabila dihadapkan dengan kutub
yang berlawanan (N dengan S atau S dengan N). Dan akan tolak menolak jika
dihadapkan pada kutub yang sama (S dengan S dan N dengan N). Prinsip ini juga
yang terdapat dalam kompas, dimana kutub utara magnet kompas akan menunjuk
kutub selatan magnet bumi. Begitupun sebaliknya.
Sedangkan
yang dimaksud kompas pada umumnya masyarakat lebih mudah mengartikan bahwasanya
kompas adalah sebuah alat yang digunakan sebagai penunjuk arah mata angin,
yaitu arah utara dan selatan sebagai
pedomannya. Meskipun arah utara disini tidak menunjukkan arah utara sejati.
B.
CARA MENGUKUR ARAH KIBLAT DENGAN MENGGUNAKAN BANTUAN KOMPAS
B.1. Metode
dalam pengukuran arah kiblat menggunakan kompas
Berikut
ini adalah beberapa langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pengukuran arah
kiblat yang menggunakan bantuan kompas :
1.
Mempersiapkan
data garis bujur ka’bah, garis lintang ka’bah, garis bujur tempat tempat yang
akan arah kiblatnya dan garis lintang tempat yang akan diukur arah kiblatnya.
2.
Memperhatikan
deklinasi magnetik tempat yang akan diukur arah kiblatnya.
3.
Melakukan
perhitungan-perhitungan untuk mendapatkan arah kiblat dan azimuth kiblat.
4.
Jika
deklinasi magnetik negatif (E), maka untuk mendapatkan azimuth kiblat ala
kompas adalah azimuth kiblat yang sebenarnya dikurangi deklinasi magnetik.
Sebaliknya jika deklinasi positif(W), maka untuk mendapatkan azimuth kiblat
yang sebenarnya ditambah deklinasi magnetik.
5.
Mempersiapkan
kompas yang akan digunakan untuk pengukuran arah kiblat.
B.2. Praktek pengukuran arah kiblat dengan bantuan
kompas.
Setelah
kita mengetahui langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam pengukuran arah
kiblat dengan menggunakan alat bantu kompas, selanjutnya akan melakukan prakteknya
dengan menjadikan daerah kota semarang objek dalam pengukuran arah kiblat.
Disini
akan disuguhkan beberapa data yang diperlukan, beserta rumus dan
penyelesaiannya.
1.
Dari
data yang digunakan seorang dosen Falak IAIN Walisongo Dr. Ahmad Izzuddin, ,
Ka’bah terletak pada bujur timur (BTk) yaitu 39°49’34,56” dan
lintang (ɸk) +21°25’21,17” LU, sedangkan kota semarang terletak pada
bujur timur (BTx) yaitu 110°24’ dengan lintang (ɸx) 07°00’ LS
2.
Deklinasi
magnetik untuk sekitar Masjid IAIN Walisongo Semarang Kampus 1 adalah 1°9’E (www.ngdc.noaa.gov)
3.
Menghitung
arah kiblat dan azimuth kiblat kota Semarang.
a)
Menghitung
arah kiblat kota Semarang, dengan rumus :
Tan AQ = Tan (ɸk) cos (ɸx): sin SBMD–sin (ɸx)
: tan SBMD
Keterangan : AQ = Arah Qiblat
ɸk = Lintang Ka’bah
BTk = Bujur
Ka’bah
ɸx = Lintang tempat yang akan diukur arah
kiblatnya
SBMD = Selisih Bujur Mekah
Daerah, dengan rumus BTx- BTk
Ø Kita akan menghitung SBMD terlebih dahulu.
SBMD = BTx- BTk
= 110°24’ -
39°49’34,56”
= 70°34’25,44”
Ø Menghitung arah kiblat.
Tan AQ = Tan (ɸk) cos (ɸx): sin SBMD–sin (ɸx)
: tan SBMD
= Tan
21°25’21,17” x cos -07°00’ : sin
70°34’25,44”- sin - 07°00’ : tan
70°34’25,44”
= 24°30’31,93” (Barat ke Utara)
Tan AQ = 90° - 24°30’31,93”
= 65°29’28.07”( Utara ke
Barat)
Arah kiblat daerah kota Semarang adalah 65°29’28.07” dari titik
utara ke barat.
b)
Menghitung
azimuth kiblat kota Semarang
Karena arah kiblat kota Semarang UB (Utara Barat), maka azimuth
kiblatnya = 360°-65°29’28.07” = 294°30’31,93”
4.
Deklinasi
magnetik untuk sekitar kota Semarang adalah negatif yaitu 1°9 E, oleh karena
itu untuk mendapatkan azimuth kiblat (ala kompas) kota Semarang adalah azimuth
kiblat (sebenarnya) dikurangi deklinasi magnetik, yaitu : 294°30’31,93”-1°9’ =
293°21’31,93”.
5.
Mempersiapkan
kompas yang menggunakan 360° dengan menempatkan jarum utara kompas berimpit
dengan bilangan 0 (utara magnet), kemudian titik pusat kompas ditarik garis ke
arah bilangan 293°21’31,93” (293,37°) adalah arah kiblat kota Semarang.
Demikianlah langkah-langkah yang diperlukan beserta hasil penelitian
(praktek) yang telah dilakukan.
C.
KEAKURATAN KOMPAS JIKA DIKOMPARASIKAN DENGAN THEODOLIT
C.1.Kelebihan
dan kelemahan Kompas
Seperti
halnya instrumen-instrumen pada umumnya, Kompas yang merupakan salah satu alat bantu
dalam pengukuran arah kiblat mempunyai beberapa kelebihan serta kelemahan.
Adapun
diantara kelebihan kompas adalah sebagai berikut :
1.
Cara
penggunaannya relatif mudah dibanding instrumen penunjuk arah/navigasi lainnya.
2.
Harga
relatif murah dibanding instrumen penunjuk arah/navigasi lainnya.
3.
Teknloginya
sederhana, tetapi telah teruji sepanjang sepuluh abad terakhir.
4.
Tidak
membutuhkan catu daya apapun.
5.
Tetap
berfungsi dalam segala cuaca.
6.
Tetap
berfungsi meskipun berada dalam ruangan tertutup.
Selain
memiliki kelebihan kompas juga mempunyai beberapa kelemahan, yaitu sebagai
berikut :
1.
Rawan
terhadap gangguan magnetik alami, baik yang bersifat permanen dari internal
bumi seperti deklinasi magnetik, maupun yang bersifat temporer dari eksternal
bumi, seperti badai matahari.
2.
Rawan
terhadap gangguan magnetik buatan manusia, misalnya dari arus listrik yang
mengalir pada kabel penghantarnya ataupun dari alat-alat elektronik yang
mengandung magnet di dalamnya, seperti speaker, televisi, radio, telepon, dsb.
3.
Rawan
terhadap deposit mineral ferromagnetik di dalam tanah, termasuk dalam batuan
beku, seperti basalt.
4.
Rawan
terhadap konsentrasi besi di dalam bangunan.
5.
Kompas
hanya membantu kita untuk mengetahui arah kutub utara atau selatan magnet.
Demikian terdapat beberapa kelebihan dari kompas beserta kelemahan
yang terdapat pada kompas.
C.2. Bagaimana
perhitungan arah kiblat dengan theodolit
Theodolit
merupakan alat yang digunakan untuk mengukur sudut horizontal (Horizontal Angel
= HA) dan sudut vertikal (Vertikal Angel = VA). Alat ini banyak digunakan
sebagai piranti pemetaan pada survey geologi dan geodesi.[
Pengukuran
arah kiblat dengan menggunakan theodolit adalah sebagai berikut :
1)
Persiapan :
a)
Menentukan
kota yang akan diukur arah kiblatnya.
b)
Menyiapkan
data lintang tempat (ɸ) dan bujur tempat (ʎ)
c)
Melakukan
perhitungan arah kiblat untuk tempat yang bersangkutan. Data arah kiblat
hendaklah diukur dari titik utara ke barat (U-B)
d)
Menyiapkan
data astronomis “Ephimeris Hisab Rukyah” pada hari atau tanggal pengukuran.
e)
Membawa
jam penunjuk waktu yang akurat.
f)
Menyiapkan
theodolit.
2)
Pelaksanaan
Setelah semua persiapan dan semua sesuatu yang diperlukan sudah
disiapkan, maka pengukuran arah kiblat engan alat bantu theodolit ini dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1)
Pasang
theodolit pada penyangganya.
2)
Periksa
waterpass yang ada padanya agar theodolit benar-benar datar.
3)
Berilah
tanda atau titik pada tempat berdirinya theodolit (misalnya T)
4)
Bidiklah
matahari dengan theodolit.
Sinar matahari sangat kuat, sehingga dapat merusak mata. Oleh
karenanya, pasanglah filter pada lensa theodolit sebelum digunakan untuk
membidik matahari
5)
kuncilah
theodolit (dengan skrup horizontal clamp dikencangkan) agar tidak bergerak.
6)
Tekan
tombol “0-Set” pada theodolit, agar angka pada layar (HA=Horizontal Angel)
menunjukkan 0 (nol). Mencatat waktu ketika membidik matahari tersebut jam
berapa (W)
7)
Mengkonversi
waktu yang dipakai dngan GMT, misalnya WIB dikurangi 7 jam.
8)
Melacak
nilai Deklinasi Matahari (δo) pada waktu hasil konversi tersebut
(GMT) dan nilai Equation of Time (e) pada saat matahari berkulminasi (misalnya
pada jam 5 GMT) dari Ephimeris.
9)
Menghitung
waktu Meridian Pass (MP) pada hari itu dengan rumus :
MP = ((105-ʎ) : 15 )+12-e
10)
Menghitung sudut waktu (to) dengan
rumus :
to = (MP-W)x15
11)
Menghitung
Azimuth Matahari (Ao) dengan rumus :
Cotg Ao= ((cos ɸ tan δo) : sin to)-
(sin ɸ : tan to)
12)
Arah
Kiblat (AK) dengan theodolit adalah :
Ø Jika deklinasi Matahari (δo) positif (+) dan pembidikan
dilakukan sebelum matahari berkulminasi maka AK= 360°-AO – Q
Ø Jika Deklinasi matahari (δo) positif (+) dan pembidikan
dilakukan sesudah matahari berkulminasi maka AK= AO – Q
Ø Jika deklinasi Matahari (δo) negatif (-) dan pembidikan
dilakukan sebelum matahari berkulminasi maka AK= 360°-(180°-AO) –
Q
Ø Jika deklinasi Matahari (δo) negatif (-) dan pembidikan
dilakukan sesudah matahari berkulminasi maka AK= 180°-AO – Q
13)
Bukalah
kunci horizontal tadi (kendurkan skrup horizontal clamp)
14)
Putar
theodolite sedemikian rupa hingga layar pada theodolit menunjukan angka senilai
hasil perhitungan AK tersebut.
Apabila theodolite diputar ke kanan (searah jarum jam) maka
angkanya semakin membesar (bertambah). Sebaliknya jika theodolite diputar ke
arah kiri (berlawanan arah jarum jam) maka angkanya akan semakin mengecil
(berkurang).
15)
Turunkan
sasaran theodolite sampai menyentuh tanah pada jarak sekitar 5 meter dari
theodolite. Kemudian berilah tanda atau titik pada tepat sasaran itu, misalnya
titik Q.
16)
Hubungkan
antara titik sasaran (Q) tersebut dengan tempat berdirinya theodolit (T) dengan
garis lurus atau benang.
17)
Garis
atau benang itulah arah kiblat untuk tempat yang akan kita hitung arah
kiblatnya.
3)
Praktek Perhitungan dengan menggunakan Theodolite :
Diketahui : Lokasi yang akan diukur = kota Semarang
Lintang Mekkah (ɸk) = 21°25’21,17”
Bujur Mekkah (ʎk) =
39°49’34,56”
Lintang tempat (ɸ) = -7° (LS)
Bujur tempat (ʎ) = 110°24’ (BT)
Arah Qiblat = 65°29’28,07”
Tanggal pengukuran = 23 Desember 2012
ü Pembidikan dilakukan pada jam 09.00 WIB atau 02.00 GMT.
ü Deklinasi matahari (δo) pada jam 02.00 GMT = -23°25’32”
ü Equation of time (e) = 00°0’54”
MP =
((105-ʎ) : 15) + 12 – e
= ((105°-110°24’) : 15) + 12 –
00°0’54”
= -0°21’36”+ 12 – 00°0’54”
= 11°37’30”
Sudut waktu (to) = (MP-W)x 15
= (11°37’30”-09°00’00”)x15
=
2°37’30”x15
=
39°22’30”
Azimuth (Ao)
Cotg Ao= ((cos ɸ tan δo)
: sin to)- (sin ɸ : tan to)
=((cos -7° x tan -23°25’32” : sin 39°22’30”)-(sin -7° : tan
39°22’30”)
= -62°06’15,61”
Arah kiblat pada theodolite (AK)
Karena pada waktu itu deklinasi
matahari (δo) negatif (-) dan pembidikan dilakukan sebelum matahari
berkulminasi maka :
AQ = 360°-(180°-Ao)-Q
= 360°- (180°-(-62°06’15,61”)) - 65°29’28,07”
= 360° - (242°06’15,61”)- 65°29’28,07”
= 52° 24’ 16.32”
4)
Sistem yang terdapat dalam theodolite
Penggunaan
theodolit tidak lepas dari adanya GPS dan waterpass. GPS (Global Positioning
System) digunakan untuk menampilkan data lintang, bujur, dan waktu secara
akurat, karena GPS menggunakan bantuan satelit. Dalam peralatan GPS, posisi
pengamat (bujur, lintang, ketinggian) dapat ditentukan dengan akurasi sangat
tinggi. Sedangkan waterpass digunakan untuk mempermudah memposisikan theodolite
agar datar, rata dan tegak lurus terhadap titik pusat bumi.
Dengan
berpedoman pada posisi dan pergerakan benda-benda langit dan bantuan
satelit-satelit GPS, theodolit dapat menunjukan suatu posisi hingga satu detik
busur (1/3600°).
Alat ini dilengkapi dengan teropong yang mempunyai pembesaran lensa yang
bervariasi.
C.3. Komparasi
kompas dengan theodolit
Setelah
kita mengetahui bagaimana penggunaan kompas dalam pengukuran arah kiblat serta
pengukuran arah kiblat dengan menggunakan theodolit memang banyak perbedaan
dalam cara menentukan arah kiblat. Pada dasarnya perhitungan arah kiblat dengan
menggunakan kompas maupun theodolite ini dihitung terlebih dahulu dan data-data
dasar yang diperlukan dalam perhitungan arah kiblat juga sama. Namun yang
membedakannya adalah cara pengukurannya dengan menggunakan alat bantu tersebut,
yaitu kompas dan theodolite.
Jika
dengan menggunakan kompas hasil dari perhitungan arah kiblat masih perlu
dikurangi dengan magnetik deklinasi berdasarkan data dari internet. Pada daerah
masing-masing mempunyai deklinasi magnetik yang berbeda-beda. Dan hal ini juga masih
perlu diverifikasi lebih lanjut, karena kompas sangat berpengaruh dengan
benda-benda magnet yang berada di sekelilingnya.
Sedangkan
theodolit pengukurannya langsung didasarkan pada arah matahari, karena
menentukan arah matahari terlebih dahulu baru kemudian menentukan arah
kiblatnya. Jadi tidak ada hal lain yang mempengaruhi cara kerja theodolite,
namun peran matahari disini sangatlah penting, karena alat ini tidak bisa
digunakan untuk mengukur arah kiblat tanpa adanya matahari. Jadi pengaruhnya
hanya pada matahari.
C.3.1. Analisis data dan
hasilnya.
Sejauh
ini theodolit dianggap sebagai alat yang paling akurat diantara metode-metode
yang sudah ada dalam menentukan arah kiblat. Dengan berpedoman pada posisi dan
pergerakan benda-benda langit dan bantuan satelit-satelit GPS, theodolit dapat
menunjukan suatu posisi hingga satu detik busur (1/3600). Alat ini dilengkapi
dengan teropong yang mempunyai pembesaran lensa yang bervariasi. Oleh karena
itu, penentuan arah kiblat menggunakan alat ini akan menghasilkan data yang
paling akurat.
Sedangkan
kompas merupakan alat yang sederhana yang digunakan secara manual, sedang
keakuratannya juga masih jauh, karena magnet kompas ini terpengaruh dengan
konsentrasi besi-besi ferromagnetik dari internal bumi maupun juga dari
eksternal bumi.
Hal
ini menyebabkan kompas yang tidak selalu mengarah ke arah utara sejati (true
north). Dalam praktek pengukuran arah kiblat, kompas sering kali digunakan
dilapangan. Tapi pada kenyataannya, kompas kurang bisa memberikan hasil yang
maksimal atau kurang akurat.
Berdasarkan
praktek lapangan dan penelitian, banyak menemukan kelemahan yang ada kompas.
Dan juga banyak buku referensi yang mencantumkan bahwa kompas dipandang kurang
akurat dalam menentukan arah kiblat.
Data
dari hasil praktek yang telah dilakukan juga mengatakan demikian. Maka dari hal
ini bisa memberikan dugaan bahwasanya kompas merupakan alat bantu yang kurang
akurat dalam penggunaannya, sedangkan sejauh ini theodolit dinyatakan sebagai
alat yang paling akurat dalam pengukuran arah kiblat.
Setelah
melakukan penelitian, kompas tidak bisa selalu tetap pada arahnya. Banyak hal yang
mempengaruhinya. Hal ini mengacu pada prinsip dasar kompas yang berdasarkan
pada magnet. Maka sifat yang dimiliki kompas sama halnya sifat dasar yang
dimiliki magnet. Yaitu setiap magnet mempunyai sifat (ciri) sebagai berikut :
1)
Dapat
menarik benda logam tertentu
2)
Gaya
tarik terbesar berada di kutubnya.
3)
Selalu
menunjuk arah utara dan selatan bila diletakkan bebas.
4)
Memiliki
2 kutub.
5)
Tarik
menarik bila tak sejenis.
6)
Tolak
menolak bila sejenis.
Sedangkan
berdasarkan sifat magnetnya benda dibagi menjadi 3 macam yaitu ferromagnetik
(benda yang dapat ditarik kuat oleh magnet), parramagnetik (denda yang dapat
ditarik magnet dengan lemah) dan diamagnetik (benda yang tidak dapat ditarik
oleh magnet).
Dari
hal ini maka akan ditemukan banyak hal mempengaruhi keakuratan kompas. Karena
kompas sangat rawan terpengaruh, tidak bisa tetap posisinya bila didekatkan
dengan benda-benda yang bersifat ferromagnetik. Adapun benda ferromagnetik ini
ini ada yang berasal dari internal bumi maupun dari eksternal bumi. Dimana yang
berasal dari eksternal bumi bisa kita lihat dengan mata kita, saat kita
meletakkan benda ferromagnetik didekatnya. Maka keakuratan yang ada pada kompas
masih sangat memperlukan verifikasi kalanjutan.
Ø Kompas
1.
Kompas
memerlukan data dari magnetic deklination
tempat yang akan diukur arah kiblatnya, karena dalam tiap-tiap daerah
mempunyai magnetic declination yang berbeda-beda.
2.
Sifat
dasarnya seperti magnet, sehingga kompas ini sangat rawan dengan gangguan
benda-benda ferromagnetik yang ada disekitarnya, hal ini tentunya sangat
mempengaruhi dalam perhitungan arah kiblat.
3.
Sistem
yang terdapat dalam kompas ini masih sederhana.
Ø Theodolite
1.
Sedangkan
theodolite penggunaannya tergantung pada adanya matahari, dan diperlukan data
arah matahari yang dapat dihitung sesuai dengan rumusnya.
2.
Didalam
sistem theodolite sudah dilangkapi dengan adanya GPS dan waterpass. GPS (Global
Positioning System). Hal ini tentunya akan mempermudah dalam penggunaanya dan
data yang dihasilkan pun akan lebih akurat.
Dari
beberapa hal di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam pengukuran arah
kiblat menggunakan kompas kurang akurat sedangkan hingga saat ini
theodolite adalah alat yang dianggap paling akurat.
REFERENSI
- Young,
Hugh D. dan Roger A. Freedman. 2003. Fisika Universitas/Edisi
kesepuluh/jilid 2. Jakarta Erlangga
- Sudibyo, Muh. Ma’rufin. 2011. Sang Nabi pun Berputar. Solo :
Tinta Medina.
- Tjasyono HK, Bayong. 2009. Ilmu
Kebumian dan Antariksa cetakan III. Bandung : PT
Remaja Roshdakarya.
- Hambali, Slamet. 2013. Ilmu Falak arah kiblat setiap saat.Yogyakarta
: Pustaka Ilmu.
- Izzuddin, Ahmad. 2010. Menentukan Arah Kiblat Praktis.Semarang:
Walisongo Press.
- Khazin, Muhyiddin.2008. Ilmu falak dalam Teori dan Praktek.Yogyakarta:
Buana Pustaka.
- Hambali,
Slamet. 2011. Ilmu Falak 1.Semarang: Progam PascaSarjana IAIN Walisongo
Semarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar