Rabu, 07 Januari 2015

KEAKURATAN KOMPAS DALAM PENENTUAN ARAH KIBLAT


Sebagai umat Islam yang berpendidikan kita tentunya akan   melakukan segala bentuk peribadahan dengan sebenar-benarnya. Begitu banyak macam peribadahan yang dilaksanakan umat Islam. Salah satunya adalah sholat yang merupakan salah satu dari rukun Islam dan menjadi kewajiban kita. 
Jika kita menelisik mengenai sholat, maka banyak hal yang perlu dikaji. Mulai dari tata cara sholat, waktu untuk sholat, serta arah yang dituju dalam melakukan sholat. Tentunya menghadap arah kiblat merupakan salah satu syarat sahnya sholat.  

Disini saya akan membahas lebih dalam mengenai arah kiblat yang ditinjau dari perspektif sains. Prinsip dasar pengukuran arah kiblat adalah begitu arah kiblat suatu tempat sebagai azimuth telah diketahui, tinggal diaplikasikan di lapangan dengan bantuan instrumen tertentu. Dan disini saya akan lebih mengerucutkannya lagi dalam penggunaan instrumen kompas. Dimana kompas merupakan salah satu alat bantu yang bisa digunakan dalam menentukan arah kiblat. Kompas merupakan alat bantu menggunakan jarum magnet untuk mempermudah dalam mendapatkan arah utara-selatan. 
Apakah kompas ini bisa dipandang sebagai alat yang akurat dalam penentuan arah kiblat? Tentunya hal ini adalah salah satu hal yang melatarbelakangi mengapa saya mengangkat judul “keakuratan kompas dalam menentukan arah kiblat”.

A.1. Medan magnetik bumi
Medan magnetik matahari ribuan kali medan magnetik bumi. Ini juga berarti bumi sendiri adalah medan magnet. Medan magnet yang ada pada bumi ini bisa diumpamakan seperti magnet batang yang ada di bumi. Magnet ini mempunyai dua kutub yaitu kutub utara dan kutub selatan. Pasangan kutub-kutub magnet ini disebut sebuah dwikutub (dipole) magnet. Kutub utara yang terletak dekat dengan kutub utara magnet akan ditolak, sedangkan kutub selatan yang dekat dengan kutub utara magnet akan ditarik ke arah kutub magnet. Jadi, ujung jarum kompas yang menunjuk ke arah kutub utara magnet bumi adalah “selatan”.
Sistem kompas ini mengikuti dimana kutub geografis utaranya dekat ke kutub selatan magnet, dan inilah yang menyebabkan mengapa kutub utara sebuah jarum kompas menunjuk ke utara. Sumbu magnet bumi tidak persis paralel dengan sumbu geografisnya (sumbu rotasi), sehingga sebuah pembacaan kompas agak menyimpang dari arah utara geografis. Penyimpangan ini, yang berubah dengan tempat, dinamakan deklinasi magnetic (magnetic declination) atau variasi magnetic (magnetic variation).Sudut antara arah vertikal jarum kompas dengan horisontal disebut inklinasi. Deklinasi magnetik memiliki nilai positif jika berada di sebelah timur azimuth nol. Sebaliknya, bernilai negatif jika di sebelah barat azimuth nol. Deklinasi timur artinya bahwa jarum kompas menunjuk ke sebelah timur dari utara geografis (utara yang benar), dan deklinasi barat artinya bahwa jarum kompas menunjuk ke sebelah barat dari utara geografis.
Nilai deklinasi sangat dipengaruhi lokasi dan waktu. Deklinasi magnetik tidaklah selalu tepat tetapi berubah-ubah dari waktu ke waktu seiring pergeseran kutub-kutub geomagnet secara kontinu. Secara umum, terdapat konsensus bahwa nilai deklinasi suatu tempat hanya berlaku selama periode waktu tertentu. Di sekitar kutub-kutub magnet, kompas magnetik hampir tidak pernah terpakai karena tingginya variasi deklinasi di sekitar kutub magnet.
Nilai deklinasi magnetik suatu negara biasanya diumumkan oleh lembaga yang membidangi aspek-aspek geofisika di negara tersebut. Di Indonesia, nilai deklinasi magnetiknya senantiasa diumumkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) secara periodik.

A.2. Sejarah adanya kompas
Kapan ditemukannnya sifat magnet memang tidak diketahui secara pastinya. Kabarnya di negeri Cina, magnet telah dikenal pada 2600 SM dan bangsa Yunani pada 600 SM telah mengetahui bahwa ada batu magnet yang menarik besi, namun tidak mengetahui bahwa bumi sendiri berperan sebagai medan magnet.
Pemakaian jarum kompas yang pertama kali dikenal oleh Islam adalah untuk navigasi dilakukan oleh Arab dan Persi pada akhir abad ke 11. Sifat jarum kompas pertama kali dijelaskan oleh fisikawan William Gilbert (1540-1603) kepada Ratu Elizabeth dalam buku yang berjudul De Magnete yang dipublikasikan pada tahun 1600. Gilbert mengatakan bahwa bumi adalah sebuah magnet raksasa dengan sebuah kutub magnet utara dan sebuah kutub magnet selatan.
Penggunaan kompas untuk keperluan astronomi tercatat telah dilakukan Sultan al-Ashraf dari Yaman tahun 1282 TU. Penguasa sekaligus astronom ini juga melaporkan penggunaan kompas untuk keperluan navigasi pelayaran sekitar tahun 1240 TU.
Penggunaan kompas sebagai alat bantu pengukuran arah kiblat mulai berkembang pada tahun 1300 TU, yang dipelopori oleh ibnu Sim’un, seorang astronom dan muazin Mesir. Selanjutnya, Ibnu Syatir sebagai alat bantu perhitungan waktu sholat, yang dikombinasikannya dengan jam matahari (sundial). Di masa itu pula navigator-navigator muslim mengembangkan sisitem angin sendiri yang terdiri dari 32 arah.

A.3. Pengertian kompas
Kompas magnetik adalah sebuah instrumen penera azimuth nol (titik utara) yang bekerja dengan menggunakan sebatang magnet kecil berbentuk jarum yang bisa bergerak bebas. Megnet kecil tersebut bisa ditempatkan dalam lingkungan yang kering dan ditopang dengan sebuah penahan, yang membuatnya tetap bisa bergerak dalam dua sumbu, yaitu sumbu horizontal dan sumbu vertikal, kompas ini disebut dengan kompas kering. Namun, bisa juga jarum magnet tersebut dibenamkan ke dalam cairan tertentu yang membuatnya tetap melayang bebas sebagai kompas basah.
Secara umum, kompas ada dua macam, yakni kompas sederhana dan kompas giro. Kompas sederhana ini hanya terdiri dari magnet jarum atau yang sejenisnya, termasuk didalamnya baik kompas kering maupun kompas basah.
Semua jenis kompas magnetik, dengan apapun tujuan penggunaannya, pada prinsipnya adalah sebatang magnet. Seperti magnet pada umumnya. Magnet yang terdapat pada kompas ini mempunyai dua kutub, yaitu kutub utara (+) dengan simbol huruf U atau N dan kutub selatan (-) atau huruf S. Seperti halnya prinsip dasar magnet, dimana dua magnet akan saling tarik menarik apabila dihadapkan dengan kutub yang berlawanan (N dengan S atau S dengan N). Dan akan tolak menolak jika dihadapkan pada kutub yang sama (S dengan S dan N dengan N). Prinsip ini juga yang terdapat dalam kompas, dimana kutub utara magnet kompas akan menunjuk kutub selatan magnet bumi. Begitupun sebaliknya.
Sedangkan yang dimaksud kompas pada umumnya masyarakat lebih mudah mengartikan bahwasanya kompas adalah sebuah alat yang digunakan sebagai penunjuk arah mata angin, yaitu  arah utara dan selatan sebagai pedomannya. Meskipun arah utara disini tidak menunjukkan arah utara sejati.

B.     CARA MENGUKUR ARAH KIBLAT DENGAN MENGGUNAKAN BANTUAN KOMPAS
B.1. Metode dalam pengukuran arah kiblat menggunakan kompas
Berikut ini adalah beberapa langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pengukuran arah kiblat yang menggunakan bantuan kompas :
1.      Mempersiapkan data garis bujur ka’bah, garis lintang ka’bah, garis bujur tempat tempat yang akan arah kiblatnya dan garis lintang tempat yang akan diukur arah kiblatnya.
2.      Memperhatikan deklinasi magnetik tempat yang akan diukur arah kiblatnya.
3.      Melakukan perhitungan-perhitungan untuk mendapatkan arah kiblat dan azimuth kiblat.
4.      Jika deklinasi magnetik negatif (E), maka untuk mendapatkan azimuth kiblat ala kompas adalah azimuth kiblat yang sebenarnya dikurangi deklinasi magnetik. Sebaliknya jika deklinasi positif(W), maka untuk mendapatkan azimuth kiblat yang sebenarnya ditambah deklinasi magnetik.
5.      Mempersiapkan kompas yang akan digunakan untuk pengukuran arah kiblat.

B.2.  Praktek pengukuran arah kiblat dengan bantuan kompas.
Setelah kita mengetahui langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam pengukuran arah kiblat dengan menggunakan alat bantu kompas, selanjutnya akan melakukan prakteknya dengan menjadikan daerah kota semarang objek dalam pengukuran arah kiblat.
Disini akan disuguhkan beberapa data yang diperlukan, beserta rumus dan penyelesaiannya.
1.    Dari data yang digunakan seorang dosen Falak IAIN Walisongo Dr. Ahmad Izzuddin, , Ka’bah terletak pada bujur timur (BTk) yaitu 39°49’34,56” dan lintang (ɸk) +21°25’21,17” LU, sedangkan kota semarang terletak pada bujur timur (BTx) yaitu 110°24’ dengan lintang  x) 07°00’ LS
2.    Deklinasi magnetik untuk sekitar Masjid IAIN Walisongo Semarang Kampus 1 adalah 1°9’E (www.ngdc.noaa.gov)
3.    Menghitung arah kiblat dan azimuth kiblat kota Semarang.
a)      Menghitung arah kiblat kota Semarang, dengan rumus :
Tan AQ = Tan  k)  cos (ɸx): sin SBMD–sin (ɸx) : tan SBMD
Keterangan : AQ = Arah Qiblat
  ɸk    = Lintang Ka’bah
  BTk = Bujur Ka’bah
  ɸx   = Lintang tempat yang akan diukur arah kiblatnya
   SBMD = Selisih Bujur Mekah Daerah, dengan rumus BTx- BTk

Ø  Kita akan menghitung SBMD terlebih dahulu.
SBMD = BTx- BTk
            = 110°24’ - 39°49’34,56”
            = 70°34’25,44”
Ø  Menghitung arah kiblat.
Tan AQ = Tan  k)  cos (ɸx): sin SBMD–sin (ɸx) : tan SBMD
   =  Tan  21°25’21,17” x cos  -07°00’ : sin 70°34’25,44”- sin - 07°00’ : tan
      70°34’25,44”
    =  24°30’31,93” (Barat ke Utara)
Tan AQ  = 90° - 24°30’31,93”
   = 65°29’28.07”( Utara ke Barat)
Arah kiblat daerah kota Semarang adalah 65°29’28.07” dari titik utara ke barat.
b)      Menghitung azimuth kiblat kota Semarang
Karena arah kiblat kota Semarang UB (Utara Barat), maka azimuth kiblatnya = 360°-65°29’28.07” = 294°30’31,93”
4.    Deklinasi magnetik untuk sekitar kota Semarang adalah negatif yaitu 1°9 E, oleh karena itu untuk mendapatkan azimuth kiblat (ala kompas) kota Semarang adalah azimuth kiblat (sebenarnya) dikurangi deklinasi magnetik, yaitu : 294°30’31,93”-1°9’ = 293°21’31,93”.
5.    Mempersiapkan kompas yang menggunakan 360° dengan menempatkan jarum utara kompas berimpit dengan bilangan 0 (utara magnet), kemudian titik pusat kompas ditarik garis ke arah bilangan 293°21’31,93” (293,37°) adalah arah kiblat kota Semarang.
     Demikianlah langkah-langkah yang diperlukan beserta hasil penelitian (praktek) yang telah dilakukan.
   
C.    KEAKURATAN KOMPAS JIKA DIKOMPARASIKAN DENGAN THEODOLIT

C.1.Kelebihan dan kelemahan Kompas
Seperti halnya instrumen-instrumen pada umumnya, Kompas yang merupakan salah satu alat bantu dalam pengukuran arah kiblat mempunyai beberapa kelebihan serta kelemahan.
Adapun diantara kelebihan kompas adalah sebagai berikut :
1.      Cara penggunaannya relatif mudah dibanding instrumen penunjuk arah/navigasi lainnya.
2.      Harga relatif murah dibanding instrumen penunjuk arah/navigasi lainnya.
3.      Teknloginya sederhana, tetapi telah teruji sepanjang sepuluh abad terakhir.
4.      Tidak membutuhkan catu daya apapun.
5.      Tetap berfungsi dalam segala cuaca.
6.      Tetap berfungsi meskipun berada dalam ruangan tertutup.
Selain memiliki kelebihan kompas juga mempunyai beberapa kelemahan, yaitu sebagai berikut :
1.    Rawan terhadap gangguan magnetik alami, baik yang bersifat permanen dari internal bumi seperti deklinasi magnetik, maupun yang bersifat temporer dari eksternal bumi, seperti badai matahari.
2.    Rawan terhadap gangguan magnetik buatan manusia, misalnya dari arus listrik yang mengalir pada kabel penghantarnya ataupun dari alat-alat elektronik yang mengandung magnet di dalamnya, seperti speaker, televisi, radio, telepon, dsb.
3.    Rawan terhadap deposit mineral ferromagnetik di dalam tanah, termasuk dalam batuan beku, seperti basalt.
4.    Rawan terhadap konsentrasi besi di dalam bangunan.
5.    Kompas hanya membantu kita untuk mengetahui arah kutub utara atau selatan magnet.
Demikian terdapat beberapa kelebihan dari kompas beserta kelemahan yang terdapat pada kompas.

C.2. Bagaimana perhitungan arah kiblat dengan theodolit
Theodolit merupakan alat yang digunakan untuk mengukur sudut horizontal (Horizontal Angel = HA) dan sudut vertikal (Vertikal Angel = VA). Alat ini banyak digunakan sebagai piranti pemetaan pada survey geologi dan geodesi.[
Pengukuran arah kiblat dengan menggunakan theodolit adalah sebagai berikut :
1)   Persiapan :
Pengukuran arah kiblat dengan theodolit, maka yang dilakukan terlebih dahulu adalah :
a)    Menentukan kota yang akan diukur arah kiblatnya.
b)    Menyiapkan data lintang tempat (ɸ) dan bujur tempat (ʎ)
c)    Melakukan perhitungan arah kiblat untuk tempat yang bersangkutan. Data arah kiblat hendaklah diukur dari titik utara ke barat (U-B)
d)   Menyiapkan data astronomis “Ephimeris Hisab Rukyah” pada hari atau tanggal pengukuran.
e)    Membawa jam penunjuk waktu yang akurat.
f)    Menyiapkan theodolit.
2)   Pelaksanaan
Setelah semua persiapan dan semua sesuatu yang diperlukan sudah disiapkan, maka pengukuran arah kiblat engan alat bantu theodolit ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1)    Pasang theodolit pada penyangganya.
2)    Periksa waterpass yang ada padanya agar theodolit benar-benar datar.
3)    Berilah tanda atau titik pada tempat berdirinya theodolit (misalnya T)
4)    Bidiklah matahari dengan theodolit.
Sinar matahari sangat kuat, sehingga dapat merusak mata. Oleh karenanya, pasanglah filter pada lensa theodolit sebelum digunakan untuk membidik matahari
5)   kuncilah theodolit (dengan skrup horizontal clamp dikencangkan) agar tidak bergerak.
6)   Tekan tombol “0-Set” pada theodolit, agar angka pada layar (HA=Horizontal Angel) menunjukkan 0 (nol). Mencatat waktu ketika membidik matahari tersebut jam berapa (W)
7)   Mengkonversi waktu yang dipakai dngan GMT, misalnya WIB dikurangi 7 jam.
8)   Melacak nilai Deklinasi Matahari (δo) pada waktu hasil konversi tersebut (GMT) dan nilai Equation of Time (e) pada saat matahari berkulminasi (misalnya pada jam 5 GMT) dari Ephimeris.
9)   Menghitung waktu Meridian Pass (MP) pada hari itu dengan rumus :
MP = ((105-ʎ) : 15 )+12-e
10)     Menghitung sudut waktu (to) dengan rumus :
to = (MP-W)x15
11)    Menghitung Azimuth Matahari (Ao) dengan rumus :
Cotg Ao= ((cos ɸ tan δo) : sin to)- (sin ɸ : tan to)
12)    Arah Kiblat (AK) dengan theodolit adalah :
Ø  Jika deklinasi Matahari (δo) positif (+) dan pembidikan dilakukan sebelum matahari berkulminasi maka AK= 360°-AO – Q
Ø  Jika Deklinasi matahari (δo) positif (+) dan pembidikan dilakukan sesudah matahari berkulminasi maka AK= AO – Q
Ø  Jika deklinasi Matahari (δo) negatif (-) dan pembidikan dilakukan sebelum matahari berkulminasi maka AK= 360°-(180°-AO) – Q
Ø  Jika deklinasi Matahari (δo) negatif (-) dan pembidikan dilakukan sesudah matahari berkulminasi maka AK= 180°-AO – Q
13)    Bukalah kunci horizontal tadi (kendurkan skrup horizontal clamp)
14)    Putar theodolite sedemikian rupa hingga layar pada theodolit menunjukan angka senilai hasil perhitungan AK tersebut.
Apabila theodolite diputar ke kanan (searah jarum jam) maka angkanya semakin membesar (bertambah). Sebaliknya jika theodolite diputar ke arah kiri (berlawanan arah jarum jam) maka angkanya akan semakin mengecil (berkurang).
15)    Turunkan sasaran theodolite sampai menyentuh tanah pada jarak sekitar 5 meter dari theodolite. Kemudian berilah tanda atau titik pada tepat sasaran itu, misalnya titik Q.
16)    Hubungkan antara titik sasaran (Q) tersebut dengan tempat berdirinya theodolit (T) dengan garis lurus atau benang.
17)    Garis atau benang itulah arah kiblat untuk tempat yang akan kita hitung arah kiblatnya.
3)      Praktek Perhitungan dengan menggunakan Theodolite :
Diketahui : Lokasi yang akan diukur = kota Semarang
Lintang Mekkah (ɸk)             = 21°25’21,17”
Bujur Mekkah (ʎk)             = 39°49’34,56”
Lintang tempat (ɸ)            = -7° (LS)
Bujur tempat (ʎ)                 = 110°24’ (BT)
Arah Qiblat                         = 65°29’28,07”
Tanggal pengukuran           = 23 Desember 2012
ü  Pembidikan dilakukan pada jam 09.00 WIB atau 02.00 GMT.
ü  Deklinasi matahari (δo) pada jam 02.00 GMT = -23°25’32”
ü  Equation of time (e) = 00°0’54”
MP = ((105-ʎ) : 15) + 12 – e
   =  ((105°-110°24’) : 15) + 12 – 00°0’54”
   =  -0°21’36”+ 12 – 00°0’54”
   = 11°37’30”
Sudut waktu (to) = (MP-W)x 15
 =  (11°37’30”-09°00’00”)x15
 =  2°37’30”x15
 =  39°22’30”
Azimuth (Ao)
Cotg Ao= ((cos ɸ tan δo) : sin to)- (sin ɸ : tan to)
=((cos -7° x tan -23°25’32” : sin 39°22’30”)-(sin -7° : tan 39°22’30”)
= -62°06’15,61”

Arah kiblat pada theodolite (AK)
Karena pada waktu itu deklinasi matahari (δo) negatif (-) dan pembidikan dilakukan sebelum matahari berkulminasi maka :
AQ = 360°-(180°-Ao)-Q
= 360°- (180°-(-62°06’15,61”)) - 65°29’28,07”
= 360° - (242°06’15,61”)- 65°29’28,07”
= 52° 24’ 16.32”

4)      Sistem yang terdapat dalam theodolite
Penggunaan theodolit tidak lepas dari adanya GPS dan waterpass. GPS (Global Positioning System) digunakan untuk menampilkan data lintang, bujur, dan waktu secara akurat, karena GPS menggunakan bantuan satelit. Dalam peralatan GPS, posisi pengamat (bujur, lintang, ketinggian) dapat ditentukan dengan akurasi sangat tinggi. Sedangkan waterpass digunakan untuk mempermudah memposisikan theodolite agar datar, rata dan tegak lurus terhadap titik pusat bumi.
Dengan berpedoman pada posisi dan pergerakan benda-benda langit dan bantuan satelit-satelit GPS, theodolit dapat menunjukan suatu posisi hingga satu detik busur (1/3600°). Alat ini dilengkapi dengan teropong yang mempunyai pembesaran lensa yang bervariasi.

C.3. Komparasi kompas dengan theodolit
Setelah kita mengetahui bagaimana penggunaan kompas dalam pengukuran arah kiblat serta pengukuran arah kiblat dengan menggunakan theodolit memang banyak perbedaan dalam cara menentukan arah kiblat. Pada dasarnya perhitungan arah kiblat dengan menggunakan kompas maupun theodolite ini dihitung terlebih dahulu dan data-data dasar yang diperlukan dalam perhitungan arah kiblat juga sama. Namun yang membedakannya adalah cara pengukurannya dengan menggunakan alat bantu tersebut, yaitu kompas dan theodolite.
Jika dengan menggunakan kompas hasil dari perhitungan arah kiblat masih perlu dikurangi dengan magnetik deklinasi berdasarkan data dari internet. Pada daerah masing-masing mempunyai deklinasi magnetik yang berbeda-beda. Dan hal ini juga masih perlu diverifikasi lebih lanjut, karena kompas sangat berpengaruh dengan benda-benda magnet yang berada di sekelilingnya.
Sedangkan theodolit pengukurannya langsung didasarkan pada arah matahari, karena menentukan arah matahari terlebih dahulu baru kemudian menentukan arah kiblatnya. Jadi tidak ada hal lain yang mempengaruhi cara kerja theodolite, namun peran matahari disini sangatlah penting, karena alat ini tidak bisa digunakan untuk mengukur arah kiblat tanpa adanya matahari. Jadi pengaruhnya hanya pada matahari.
C.3.1. Analisis data dan hasilnya.
Sejauh ini theodolit dianggap sebagai alat yang paling akurat diantara metode-metode yang sudah ada dalam menentukan arah kiblat. Dengan berpedoman pada posisi dan pergerakan benda-benda langit dan bantuan satelit-satelit GPS, theodolit dapat menunjukan suatu posisi hingga satu detik busur (1/3600). Alat ini dilengkapi dengan teropong yang mempunyai pembesaran lensa yang bervariasi. Oleh karena itu, penentuan arah kiblat menggunakan alat ini akan menghasilkan data yang paling akurat.
Sedangkan kompas merupakan alat yang sederhana yang digunakan secara manual, sedang keakuratannya juga masih jauh, karena magnet kompas ini terpengaruh dengan konsentrasi besi-besi ferromagnetik dari internal bumi maupun juga dari eksternal bumi.
Hal ini menyebabkan kompas yang tidak selalu mengarah ke arah utara sejati (true north). Dalam praktek pengukuran arah kiblat, kompas sering kali digunakan dilapangan. Tapi pada kenyataannya, kompas kurang bisa memberikan hasil yang maksimal atau kurang akurat.
Berdasarkan praktek lapangan dan penelitian, banyak menemukan kelemahan yang ada kompas. Dan juga banyak buku referensi yang mencantumkan bahwa kompas dipandang kurang akurat dalam menentukan arah kiblat.
Data dari hasil praktek yang telah dilakukan juga mengatakan demikian. Maka dari hal ini bisa memberikan dugaan bahwasanya kompas merupakan alat bantu yang kurang akurat dalam penggunaannya, sedangkan sejauh ini theodolit dinyatakan sebagai alat yang paling akurat dalam pengukuran arah kiblat.
Setelah melakukan penelitian, kompas tidak bisa selalu tetap pada arahnya. Banyak hal yang mempengaruhinya. Hal ini mengacu pada prinsip dasar kompas yang berdasarkan pada magnet. Maka sifat yang dimiliki kompas sama halnya sifat dasar yang dimiliki magnet. Yaitu setiap magnet mempunyai sifat (ciri) sebagai berikut :
1)      Dapat menarik benda logam tertentu
2)      Gaya tarik terbesar berada di kutubnya.
3)      Selalu menunjuk arah utara dan selatan bila diletakkan bebas.
4)      Memiliki 2 kutub.
5)      Tarik menarik bila tak sejenis.
6)      Tolak menolak bila sejenis.
Sedangkan berdasarkan sifat magnetnya benda dibagi menjadi 3 macam yaitu ferromagnetik (benda yang dapat ditarik kuat oleh magnet), parramagnetik (denda yang dapat ditarik magnet dengan lemah) dan diamagnetik (benda yang tidak dapat ditarik oleh magnet).
Dari hal ini maka akan ditemukan banyak hal mempengaruhi keakuratan kompas. Karena kompas sangat rawan terpengaruh, tidak bisa tetap posisinya bila didekatkan dengan benda-benda yang bersifat ferromagnetik. Adapun benda ferromagnetik ini ini ada yang berasal dari internal bumi maupun dari eksternal bumi. Dimana yang berasal dari eksternal bumi bisa kita lihat dengan mata kita, saat kita meletakkan benda ferromagnetik didekatnya. Maka keakuratan yang ada pada kompas masih sangat memperlukan verifikasi kalanjutan.
Ø  Kompas
1.      Kompas memerlukan data dari magnetic deklination  tempat yang akan diukur arah kiblatnya, karena dalam tiap-tiap daerah mempunyai magnetic declination yang berbeda-beda.
2.      Sifat dasarnya seperti magnet, sehingga kompas ini sangat rawan dengan gangguan benda-benda ferromagnetik yang ada disekitarnya, hal ini tentunya sangat mempengaruhi dalam perhitungan arah kiblat.
3.      Sistem yang terdapat dalam kompas ini masih sederhana.
Ø  Theodolite
1.    Sedangkan theodolite penggunaannya tergantung pada adanya matahari, dan diperlukan data arah matahari yang dapat dihitung sesuai dengan rumusnya.
2.    Didalam sistem theodolite sudah dilangkapi dengan adanya GPS dan waterpass. GPS (Global Positioning System). Hal ini tentunya akan mempermudah dalam penggunaanya dan data yang dihasilkan pun akan lebih akurat.
Dari beberapa hal di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam pengukuran arah kiblat menggunakan kompas kurang akurat sedangkan hingga saat ini theodolite adalah alat yang dianggap paling akurat

REFERENSI
- Young, Hugh D. dan Roger A. Freedman. 2003. Fisika Universitas/Edisi kesepuluh/jilid 2. Jakarta Erlangga
 - Sudibyo, Muh. Ma’rufin. 2011. Sang Nabi pun Berputar. Solo : Tinta Medina.
 - Tjasyono HK, Bayong. 2009.  Ilmu Kebumian dan Antariksa cetakan III. Bandung : PT
Remaja Roshdakarya.
 - Hambali, Slamet. 2013. Ilmu Falak arah kiblat setiap saat.Yogyakarta : Pustaka Ilmu.
 - Izzuddin, Ahmad. 2010. Menentukan Arah Kiblat Praktis.Semarang: Walisongo Press.
 - Khazin, Muhyiddin.2008. Ilmu falak dalam Teori dan Praktek.Yogyakarta: Buana Pustaka.
 - Hambali, Slamet. 2011. Ilmu Falak 1.Semarang: Progam PascaSarjana IAIN Walisongo Semarang.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar