A. Profil Sa’adoeddin Djambek
Sa’adoeddin Djambek atau Datuk Sampono
Radjo, adalah seorang ahli Falak Sumatra Barat. Beliau seorang ahli Ilmu Falak
kelahiran Bukittinggi (29 Rabi’ul awal 1329 H atau 24 Maret 1911 M) yang kemudian
bermukim di Jakarta. Ia meninggal hari selasa (11 Dzulhijjah 1397 H atau
Nopember 1977 M) di Jakarta. Makamnya dekat dengan makam Prof. Dr. T.M. Hasbi
Ash-Shiddieqy. Ia merupakan putra ulama besar Syekh Muhammad Djamil Djambek
(1860-1947 M/ 1277-1367 H) dari Minangkabau.
B. Proses Belajar Sa’adoeddin Djambek
Sa’aoeddin Djambek dijuluki mujaddid
al-hisab (pembaharu pemikiran hisab). Dia mulai belajar ilmu falak kepada
ayahnya sendiri, mempelajari buku Pati Kiraan karya Syaikh Thahir Jalaluddin. Almanak
Jamiliyyah karya Syaikh Djambek, Hisab Haqiqi karya K.H. Ahmad
Badawi, dan lain-lain. Sejak umur 18 tahun, Sa’adoeddin sudah tertarik dengan
ilmu falak.
Dia juga belajar pendidikan formal yang
ada saat itu, yaitu Hollands Inlandsche Shcool (HIS, lulus 1924), Hollands
Inlandsche Kweekschool (HIK, lulus 1930) di Bandung. Tahun 1954-1955
Sa’adoeddin mengikuti kuliah di fakultas ilmu Pasti Alam dan Astronomi Institut
Tehnologi Bandung (ITB). Selama empat tahun (1930-1934 M/ 1349-1353 H) ia
mengabdikan diri sebagai guru Gouvernements Schakelschool di Perbaungan,
Palembang. Setelah menjalani tugasnya sebagai guru di Palembang, ia berusaha
melanjutkan pendidikannya dengan mengajukan permohonan untuk dipindahtugaskan
ke Jakarta agar dapat melanjutkan pendidikan lebih tinggi.
Di Jakarta ia bekerja sebagai guru
Gouvernement HIS nomor 1 selama setahun. Pada 1935 M/ 1354 H ia memperoleh
kesepakatan untuk melanjutkan pendidikan ke Indische Hoofdakte (program diploma
pendidikan) di Bandung sampai memperoleh ijazah pada 1937 M/ 1356 H. Pada tahun
yang sama memperoleh ijazah bahasa jerman dan bahasa Perancis. Setelah
mengikuti pendidikan di Bandung, ia kembali menjalankan tugasnya sebagai guru
Gouvernement HIS di Simpang Tiga, Sumatera Timur (sekarang Riau). Sebagai seorang
guru, ia tidak pernah berhenti mengembangkan pendidikannya. Karirnya terus
meningkat dari guru sekolah dasar sampai dengan menjadi dosen di Perguruan
Tinggi dan terakhir menjadi pegawai tinggi di Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan di Jakarta.
Keahliannya di bidang ilmu pasti dan
ilmu Falak dikembangkannya melalui tugas yang dilaksanakannya di beberapa
tempat. Pada tahun 1955-1956 M/1375-1376 H menjadi lektor kepala dalam mata
kuliah ilmu Pasti pada PTPG (Perguruan Tinggi Pendidikan Guru) di Batusangkar, Sumatra
Barat.
Sa’aduddin Djambek menjadi dosen tidak
tetap di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (1959-1961), dan mempunyai murid yang
menekuni ilmu falak, yaitu H. Abdur Rachim dan H. Wahyu Widiana. Tahun
1969-1973, Sa’adoeddin dipercaya sebagai ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Majelis Pendidikan dan Pengajaran. Tahun 1973, dia dipilih sebagai ketua Badan
Hisab dan Rukyat dengan anggota ahli hisab dan rukyat seluruh Indonesia.
Dengan pengalaman belajarnya,
Sa’adoeddin mengembangkan sistem baru dalam pemikiran hisab dengan
memperkenalkan teori Spherial Trigono-metry (segitiga bola). Menurutnya,
teori ini untuk menjawab tantangan jaman, yakni mendialogkan ilmu hisab dengan
astronomi modern sehingga hasilnya lebih akurat.
C. Karya-Karya Sa’adoeddin Djambek
Karya-karya Sa’adoeddin Djambek di bidang Falak antara lain sebagai
berikut :
No.
|
Karya
|
Penerbit
|
Tahun
|
1.
|
Waktu dan jadwal Penjelasan
Populer Mengenai Perjalanan Bumi, Bulan dan Matahari
|
Tintamas
|
1952
|
2.
|
Almanak Jamiliyyah
|
Tintamas
|
1953
|
3.
|
Arah Kiblat
|
Tintamas
|
1956
|
4.
|
Perbandingan Tarikh
|
Tintamas
|
1968
|
5.
|
Pedoman Waktu Shalat
Sepanjang Masa
|
Bulan Bintang
|
1974
|
6.
|
Shalat dan Puasa di daerah
Kutub
|
Bulan Bintang
|
1974
|
7.
|
Hisab Awal Bulan Qomariyah
|
Tintamas
|
1976
|
Karya yang menjadi ciri khas Sa’adoeddin
Djambek adalah Hisab Awal Bulan Qomariyah. Dengan adanya data astronomis
dari negara-negara maju, misalnya Almanak Nautica dari Amerika, Ephimeris dari
uni Soviet, dan lain-lain yang menurut pengamatan para ahli falak, bahwa data
yang disajikannya itu lebih akurat dibandingkan data yang ada sebelumnya, maka
Sa’aduddin Djambek merupakan tokoh ilmu falak yang mempelopori perhitungan ilmu
falak menggunakan data astronomis tersebut. Buku Hisab Awal Bulan Qomariyah
karya Sa’aduddin Djambek ini memuat cara perhitungan awal bulan dengan data
Nautical Almanac.
Perhitungannya menggunakan rumus-rumus
ilmu ukur segitiga bola yang penyelesaiannya menggunakan daftar logaritma.
Ketika menghitung ketinggian hilal ( hbulan ), rumus yang digunakan
adalah sn hbulan = sin ɸbulan sin δbulan +
cos ɸbulan cos δbulan cos tbulan, (di mana
ɸ = Lintang tempat, δbulan = deklinasi bulan, dan tbulan
=Sudut waktu Bulan ). Hasil ketinggian hilal dengan rumus tersebut kemudian
dikoreksi dengan parallaks, Refraksi, Semi diameter bulan, dan Kerendahan ufuk
atau Dip. Buku Hisab Awal Bulan Qomariyah ini dipakai sebagai salah satu
pertimbangan penetapan awal bulan dalam muker Badan Hisab dan Departemen Agama
RI.
Ø
Kajian Buku Hisab Awal Bulan
memiliki beberapa kesimpulan yakni :
1.
Konsep hisab Sa’adoeddin Djambek dalam
menentukan awal bulan Qamariyah termasuk pada sistem hisab yang sudah
menggunakan kaidah trigonometri bola dan sistem perhitungannya sudah memakai
data-data astronomis yang modern. Sehingga ketika dianalisis dengan
membandingkan perhitungannya dengan sistem ephemeris yang Kementerian Agama
pakai, tidaklah berbeda jauh (hanya dalam satuan menit).
2.
Hisab Sa’adoeddin Djambek kurang cocok
dijadikan kriteria dalam unifikasi kalendar hijriyah di Indonesia. Hal ini
dilandasi dari adanya konsep hilal yang beliau fahami hanya berbentuk bulan
(al-qomar) saja. Sedangkan dalam astronomi modern, hilal dikatakan sebagai
sebuah fase bulan pertama yang berbentuk sabit dan hanya cahayanya saja yang
terlihat. Kemudian prinsip nol derajat di atas permukaan laut yang digunakan
untuk membuat garis batas tanggal hijriyah dalam bukunya adalah konsep yang
perlu diapresiasi karena ia adalah konsep pertama yang ada dalam buku-buku
falak klasik. Namun, dalam kepentingan unifikasi ini tetap terbentur pada
kriteria, sehingga batasan tanggal hijriyah ini cukup menjadi perkiraan global
saja.
D. Kiprah Sa’adoeddin Djambek
Pada masa penjajahan persoalan penentuan
awal bulan yang berkaitan dengan ibadah diserahkan pada Kerajaan Kerajaan Islam
yang masih ada. Kemudian setelah Indonesia merdeka, secara berangsur-angsur
mulai terjadi perubahan. Setelah terbentuk adanya Departemen Agama pada tanggal
3 Januari 1946, persoalan-persoalan yang berkaitan dengan hari libur (termasuk
penetapan 1 Ramadhan, 1 Syawal, dan 10 Dzulhijjah) diserahkan kepada Departemen
Agama berdasarkan P.P. tahun 1946 No.2/Um.7/Um.9/Um.jo Keputusan Presidan No. 25
tahun 1967, No. 148 tahun 1968 dan No. 19 tahun 1971.
Walaupun penetapan hari libur telah
diserahkan pada Departemen agama, namun dalam wilayah etis praktis saat ini
masih terkadang belum seragam, sebagai dampak adanya perbedaan pemahaman antara
beberapa pemahaman yang ada dalam wacana ilmu Falak.
Memperhatikan fenomena tersebut,
nampak bahwa Departemen Agama berinisiatif untuk mempertemukan
perbedaan-perbedaan tersebut. Sehingga dibentuklah Badan Ilmu Falak Departemen
Agama dengan tim perumus : Unsur Departemen Agama : A. Wasit Aulawi, H. Zaini
Ahmad Noeh dan Sa’adoeddon Djambek. Dari Lembaga Meteorologi dan Geofisika: Sutano,
Planetarium dan Santosa Nitisastro. Berdasarkan keputusan Menteri Agama pada
tanggal 16 Agustus 1972, maka terbentuklah Badan Hisab Rukyat Departemen Agama
dengan diketuai oleh Sa’adoeddin Djambek. Sampai sekarang, Badan
Hisab Rukyah tersebut masih
ada yang secara ex officio ketua
dijabat Direktur Urusan Agama Islam Departemen Agama Pusat setelah Badan
Peradilan Agama bernaung dalam satu atap dengan Mahkamah Agung.
Satu lagi
kontribusi Sa’adoeddin Djambek adalah dalam penentuan koordinat geografis
Ka’bah. Sewaktu melaksanakan ibadah haji, ia melakukan pengukuran koordinat
geografis Ka’bah. Ia menyatakan bahwa koordinat geografis Ka’bah adalah lintang
(Φ) 21° 25’ LU dan bujur (λ) 39° 50’ BT.
Jaringan keilmuan Sa’adoeddin Djambek
ini diteruskan oleh muridnya. Di antara muridnya adalah Abdul Rachim dan A
Mustadjib. Karya Abdul Rachim antara lain Ilmu Falak yang dicetak pada 1983, Perhitungan
Awal Bulan dan Gerhana Matahari system Newcomb.
Sumber Referensi
Dr. H. Ahmad Izzuddin, M.Ag. Ilmu Falak Praktis. Semarang : PT.
Pustaka Rizki Putra. 2012
Muhyiddin
Khazin, Kamus Ilmu Falak, Yogyakarta : Buana Pustaka. 2005
Ahli Falak Dari
Pesantren
Tidak ada komentar:
Posting Komentar