Selasa, 06 Januari 2015

KONSEP PARADIGMA THOMAS S. KUHN


Dalam perkembangannya,  ilmu dipandang sebagai aktivitas yang murni dan tidak terkait  dengan kekuasaan dan ideologi serta bebas dari nilai subyektivitas. Dan kepercayaan inipun sampai sekarang masih banyak diyakini oleh banyak orang. Pengetahuan yang ada dalam teori juga banyak diyakini keobyektivannya baik dalam ilmu alam maupun Ilmu sosial.
Tetapi seiring dengan perkembangan filsafat keilmuan, asumsi tersebut banyak terkikis dan menyatakan bahwa sebuah teori pengetahuan sangat terkait erat dengan subyektivitas ilmuwan yang menemukan sebuah teori dan juga terkait dengan ideologi yang melatarbelakangi corak berfikirnya.
Menurut Kuhn ilmu bergerak melalui tahapan-tahapan yang akan berpuncak pada kondisi normal dan kemudian membusuk karena telah tergantikan oleh ilmu atau paradigma baru. Demikian seterusnya, paradigma baru mengancam paradigma lama yang sebelumnya juga menjadi paradigm baru. Structure of scientific revolution pada tahun 1962. Thomas Samuel Kuhn mengawali sebuah zaman baru dalam memahami ilmu. Kuhn memandang ilmu dari perspektif sejarah tertentu. Ia mengeksplorasi tema-tema yang lebih besar misalnya seperti apakah ilmu itu didalam prakteknya yang nyata dengan analisis kongkrit dan empiris.
Ilmu bukan merupakan upaya untuk menemukan obyektivitas dan kebenaran, melainkan lebih menyerupai upaya pemecahan masalah didalam pola-pola keyakinan yang telah berlaku. Kuhn memakai istilah paradigma untuk menggambarkan sistem keyakinan yang mendasari upaya pemecahan  teka-teki di dalam ilmu. Istilah Paradigma berkaitan erat dengan ilmu normal.
Untuk memperlihatkan dengan jelas apa yang dimaksud dengan riset normal atau riset berdasarkan paradigma, Thomas Kuhn mencoba mengklasifikasi dan mengilustrasikan masalah-masalah yang pada prinsipnya sains yang normal terdiri atas masalah-masalah tersebut. Untuk memudahkan, Kuhn menangguhkan kegiatan teoritis dan memulai dengan pengumpulan fakta.
Maka dimulailah investigasi diluar kelaziman. Suatu titik tercapai ketika krisis yang hanya bisa dipecahkan dengan revolusi dimana paradigma lama memberikan jalan bagi paradigma baru. Demikianlah ilmu revolusioner mengambil  alih.
Jadi menurut Kuhn, ilmu berkembang melalui siklus-siklus ilmu normal diikuti oleh revolusi, lalu ilmu yang revolusioner menjadi mapan dan normal lalu diikuti oleh revolusi lagi. Setiap paradigma bisa menghasilkan karya khusus yang menentukan dan membentuk paradigma.  Dalam seluruh buku ia menggunakan contoh-contoh historis untuk menjelaskan praktek masa kini, mengidentifikasi faktor-faktor umum dan menekankan sifat cacat metode ilmiah.
Kuhn menyatakan bahwa paradigmalah yang menentukan jenis-jenis eksperimen yang dilakukan para ilmuwan, jenis-jenis pertanyaan yang mereka ajukan, dan masalah yang mereka anggap penting. Tanpa paradigma tertentu, para ilmuwan bahkan tidak bisa mengumpulkan fakta.
Masalah-masalah yang penting secara sosial, yang tak bisa direduksi menjadi bentuk pemecahan teka-teki, menurut Kuhn dikesampingkan dan apapun yang berada diluar lingkup konseptual dan instrumental  paradigma itu dianggap tidak relevan.
Dalam buku Structur Kuhn menyatakan “sains yang normal berarti riset yang dengan teguh berdasar atas satu atau lebih pencapaian ilmiah yang lalu. Pencapaian yang oleh masyarakat ilmiah tertentu pada suatu ketika dinyatakan sebagai pemberi fondasi pada praktek selanjutnya.
Ia menyatakan bahwa ilmuwan ketika meneliti sesuatu dan menciptakan teori ada “paradigma” yang mendasari proses dalam penelitiannya. Paradigma ini adalah menggambarkan sistem keyakinan yang mendasari upaya pemecahan teka-teki.
Paradigma lama bertarung dengan paradigma baru yang lebih rasional dan maju. Paradigma baru ini lalu menjadi mapan dan usang  lalu digantikan dengan paradigma  yang lebih baru, begitupun seterusnya.
                  2. The structure of Scientific revolutions oleh Thomas S. Kuhn, Tahun 2000

Tidak ada komentar:

Posting Komentar